5 Penyebab Kegagalan Petani Hidroponik

Beberapa waktu yang lalu saya membuat artikel tentang 10 Kesalahan yang dilakukan oleh Pemula Hidroponik.

Pada artikel ini saya akan bercerita beberapa pengalaman seputar Pertanian hidroponik terutama yang sudah skala Industri atau Produksi sayur untuk dijual hasilnya.

Pengalaman ini bersumber dari saya sendiri dan juga dari petani yang pernah saya kunjungi serta saya ajak ngobrol.

Namun untuk kali ini saya tidak akan cerita tentang pengalaman indah atau yang berhasil, karena mungkin Anda sudah sering membaca atau menonton di Internet.

Saya akan berbagi cerita tentang kesalahan yang pernah dilakukan para petani hidroponik yang menyebabkan mereka GAGAL, hingga mengalami kerugian yang sangat besar atau bahkan sampai berhenti total alias tidak lanjut lagi.

Saya berharap dengan adanya artikel ini, teman-teman sudah tidak perlu mengulangi lagi kesalahan yang nantinya akan saya ceritakan.

Sebenarnya banyak sekali penyebab kegagalannya, namun saya akan merangkum menjadi 5 Penyebab Kegagalan yang paling sering dilakukan oleh para petani Hidroponik.

Saya akan menyampaikan secara urut mulai dari yang paling banyak dilakukan.

Pertama: Belum Mempunyai Pasar yang Jelas

Yang saya maksud disini adalah belum tau hasilnya mau dijual kemana, tapi sudah memproduksi/menanam sayuran dalam jumlah yang banyak.

Sayuran itu mempunyai siklus yang pendek, artinya begitu waktunya panen harus segera dipanen dan dijual. Kalau telat beberapa hari saja akan menimbulkan masalah, entah itu dari kualitasnya atau bentuknya.

Selain itu kalau panennya mundur, otomatis biaya operasionalnya juga akan bertambah, ini jelas sangat merugikan.

Lalu bagaimana solusinya?

Jika Anda ingin membuka kebun, sebaiknya survey pasar terlebih dahulu. Mulai dari kebutuhan sayurannya apa saja, berapa jumlah yang dibutuhkan per hari, berapa harga sayurannya, dll.

Dari survey tersebut, Anda bisa menghitung berapa yang harus ditanam atau diproduksi, sehingga semua yang ditanam sudah pasti terjual.

Ketika saya menjelaskan permasalahan ini ke teman-teman, pertanyaan yang muncul adalah:

Bagaimana kita bisa menawarkan kalau tidak ada sample/contoh sayuran?

Sebenernya kalau berdasarkan pengalaman saya di lapangan ketika saya survey pasar, saya tidak perlu membawa sample, terutama jika di pasar tradisional.

Namun jika yang dibidik adalah pasar HOREKA (Hotel, Resto dan Kafe) biasanya ada yang minta sample, untuk yang satu ini kita memang harus menanam terlebih dahulu tetapi jangan secara besar-besaran.

Tanam secukupnya untuk sample di pasar, kalaupun misalnya punya kebun dengan kapasitas 10.000 lubang tanam, tidak perlu ditanam semua, cukup 100 lubang tanam saja.

Disinilah banyak kesalahan dilakukan, punya 10.000 lubang tanam langsung ditanam semua dengan bayangan bisa mencari pasar sambil menunggu panen.

Namun akhirnya tidak dapat pasar yang pas sampai waktu panen tiba sehingga tanaman yang sudah panen tidak terjual bahkan sampai dibuang.

Insha Allah nanti akan saya bahas di artikel sendiri tentang Cara Memasarkan Sayuran.

Kedua: Masih ingin coba “ini itu” dalam membuat kebun Hidroponik.

Ketika Anda ingin membuat kebun hidroponik, Apa yang Anda pikirkan pertama kali?

Ijinkan saya menebak dulu:

Ingin membuat kebun dengan biaya sekecil mungkin dan membuat sistem yang paling efektif.

Setelah itu Anda mengumpulkan beberapa literatur dan referensi dari internet beberapa cara yang paling efektif ditambah dengan ide segar yang muncul di pikiran Anda.

Jika memang seperti itu, berarti hampir sama dengan apa yang sudah saya lakukan.

Pengalaman ini sudah saya alami sekitar 6 tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 2014 awal.

Beberapa kesalahan yang saya lakukan adalah

  1. Bekerjasama dengan pihak yang salah, yaitu dalam pembuatan Greenhouse saya menyuruh bukan pada ahlinya.
  2. Masih mencoba-coba sistem hidroponik, bahkan hampir semunya dicoba.
  3. Mencoba membuat Nutrisi Hidroponik sendiri.

Dari ketiga kesalahan tersebut saya mengeluarkan biaya “coba-coba” yang cukup besar, mulai dari kontruksi Green House yang salah sehingga saya harus memperbaiki ulang.

Setelah itu untuk membuat beberapa sistem hidroponik yang gonta ganti juga memerlukan biaya yang cukup besar.

Selain rugi di biaya, rugi yang paling besar adalah rugi waktu.

Saran saya agar tidak mengalami kesalahan yang sama, sebelum membangun kebun, sebaiknya mendatangi kebun yang sudah berjalan minimal 2 tahun.

Ikuti saja sistem dan konstruksi yang ada di kebun tersebut, kalau bisa sekalian bertanya ke ownernya apa kelemahan dan kelebihan dari sistem yang dipakai.

Ketiga: Salah Perkiraan di Harga Jual

Setelah bisa melewati 2 kesalahan di atas, masih ada hal yang bisa menyebabkan kegagalan.

Kali ini ada hubungannya dengan Anggapan Salah Tentang Hidroponik point ke-2 yaitu salah dalam memperkirakan harga jual sayuran di pasaran.

Sudah survey pasar, sudah tahu kebutuhan yang ada di pasar, namun harga yang dipakai sebagai pathokan adalah harga jual yang tertera di pasar atau bahkan yang ada di supermarket.

Ada beberapa petani yang tidak mau menjual dengan harga rendah karena yang ada di bayangannya bahwa sayuran hidroponik itu harus mahal seperti di supermarket.

Sehingga ketika masuk ke Pasar Tradisional atau ke Pengepul dengan harga rendah tidak mau akhirnya tidak laku sampai melewati batas panen.

Padahal harga yang tertera di Supermarket adalah harga yang sudah melewati beberapa tangan, dari petani, pengepul, hingga akhirnya dinaikkan lagi harganya di supermarket.

Silakan gunakan hitungan harga sayur keluar dari kebun atau harga di pasar tradisional untuk menghitung kelayakan bisnisnya, kalau memang tidak masuk hitungan, JANGAN DIPAKSAKAN.

Keempat: Manajemen Kebun yang Tidak Baik

Manajemen kebun meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah Jadwal Tanam.

Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah lalai di penjadwalan tanam atau mengatur siklus panen.

Yang membedakan sistem hidroponik dan konvensional adalah pada Jadwal Tanam yang rutin dan sistem peremajaan yang bisa menghasilkan 2x lipat dibandingkan dengan sistem menanam di tanah.

Selain kualitas dan kuantitas, yang diharapkan pasar adalah supply yang continue. Jika kita tidak jeli dalam mengatur jadwal panen, maka akan sama saja dengan menanam di tanah.

Untuk masalah jadwal tanam, sudah pernah saya bahas dalam artikel 10 Kesalahan Pemula Hidroponik point ke-3.

Selain manajemen Jadwal tanam, masih ada yang menjadi masalah yaitu Stok Peralatan dan Bahan baku. Misalnya: Media Tanam, Benih, Nutrisi dll.

Pengaturan stok nutrisi juga sangat penting karena apabila sampai telat dalam pembelian nutrisi, akan berakibat fatal.

Kelima: Pemilihan SDM yang kurang tepat.

Dalam Operasional kebun hidroponik, pekerjaan yang dilakukan adalah Semai, Pindah Tanam, Pemberian Nutrisi, Panen dan Perawatan Alat.

Untuk melakukan pekerjaan tersebut tidak begitu dibutuhkan tenaga Ahli dengan bayaran tinggi, karena yang dibutuhkan hanyalah orang yang Rajin, Ulet dan Terampil.

Seleksi karyawan harus benar-benar teliti, karena akan berpengaruh pada operasional harian, kunci bisa terlaksananya SOP.

Kalau SOP bisa dilaksanakan dengan baik, manajemen kebun akan berjalan dengan baik pula.

Dan perlu diketahui bahwa biaya operasional terbesar pada proses produksi sayur adalah pada Tenaga Kerja, jadi kalau terlalu tinggi disini maka keuntungannya akan semakin rendah.

Demikian beberapa Kesalahan fatal yang banyak dilakukan oleh Petani Hidroponik yang menyebabkan kegagalan hingga akhirnya harus mengeluarkan biaya bahkan sampai tidak lanjut lagi.

Jika memang benar-benar berniat membuka kebun hidroponik, silakan cari referensi yang benar-benar terpercaya dan jangan coba-coba sesuatu yang belum pasti.

Selamat bertani dan semoga sukses…!

18 thoughts on “5 Penyebab Kegagalan Petani Hidroponik”

  1. Mas bayu, aku puengeen bisa buat tanaman hidroponik, walaupun hasil nya di konsumsi sendiri, setidaknya pengalaman yg bisa saya raih.
    . Namun faktor kahanan mas jadi semua itu terhalang. Seperti tidak tersedia nya bahan” untuk bertanam hidroponik kayak nutrisi ab mix, di daerah saya gk ada yg jual. Kalau ada pun itu online

    Reply
  2. Nah mungkin point untuk survei di pasar saya belum lakukan mas heheh
    Tapi sekarang saya masih menanam pakai box sterofoam buah karena biaya juga terbatas dan pemakaian nutrisi jadi lebih irit

    Reply
  3. Ternyata management industri sangat perlu diterapkan, dibuat jadwal kapan kita semai, kapan kita pindah tanam, kapan kita panen, kapan kita beli nutrisi, beli bahan baku, dan lain sebagainya. Saya masih sangat pemula sekali dalam hidroponik ini, mulanya niatnya cuma untuk memanfaatkan lahan kecil yg kosong depan rumah. Tapi justru makin sini makin penasaran dan pengen coba sistem2 hidroponik lainnya seperti nft, wick, drip irigasi, dsb. Saya merasakan kalo makin kesini makin banyak sayur yg ditanam terus dimakan buat sendiri itu akan bosan. Saya coba jual ke warung2 sayur dekat rumah saja dan belum memikirkan untung rugi dalam penjualan. Saya hnya mengikuti harga di pasaran saja mas daripada sayur yg ditanam terbuang sia-sia

    Reply
  4. Sangat bermanfaat terutama di point ke 2 point ini juga pernah di alami yaitu coba2 nutrisi selain ab mix dengab menggunakan beberapa pupuk yang di cairkan dan hasilnya tanaman nya layu dan kering….

    Reply
  5. Ternyata poin yg ke 2 sudah sy alami mas Bayu ,
    Y awalnya cari referensi sistem yg paling cocok dan tentunya dengan harga yang relatif lebih murah plus dapat lobang tanam sebanyak mungkin.
    Eh ternyata sistem yg sy buat tidak efektif dan sy bongkar ulang dan membuat sistem yg baru .
    Karena coba2 itulah jadi biaya membengkak dari yg semestinya
    … terimakasih mas Bayu artikel ini menjadi pelajaran buat sy

    Reply
  6. Saya pemula dlm berhidroponik., memakai SISTEM dft.. Namun dlm tahap semai Ada beberapa biji Benih yg gagal tumbuh.. Ijin bertanya., itu Karena Benih nya atau Ada Faktor lain., Apakah Dari airnya, suhu tempat nya, atau alat yg saya gunakan kurang streil atau apa mas? Soalnya air yg saya gunakan pakai pam desa.

    Reply
  7. Mas bayu minta pencerahannya dong….saya baru mau mulai…mau tau beli alat nya…bibit nya..sama design tempat yg muarh meriah…saya di bandung selatan…makasih mas

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.